Desa Lonthoir terletak di Banda Besar, Kepulauan Banda, Kecamatan Kepulauan Banda, Kabupaten Maluku Tengah, Maluku. Desa ini menyimpan jejak sejarah panjang dengan budaya dan tradisi yang tetap lestari. Masyarakatnya mengelola hutan pala dan kenari, serta tempat dan barang sakral yang memiliki nilai spiritual dan budaya. Dengan jumlah penduduk 1.741 jiwa yang terdiri dari 826 laki-laki dan 915 perempuan dalam 592 kepala keluarga, kehidupan sosial di desa ini terjalin erat dengan rasa kebersamaan yang kuat.
Mayoritas penduduk Lonthoir menggantungkan hidup dari pertanian, terutama menanam pala, cengkeh, dan kenari. Produk turunan seperti manisan, sirup, dan selai pala juga menjadi bagian dari ekonomi desa melalui UMKM. Keunikan Lonthoir tidak hanya terletak pada hasil buminya, tetapi juga pada situs bersejarah seperti, Pohon Sejuta Umat dan Benteng Hollandia. Namun, desa ini masih menghadapi kendala besar, seperti akses transportasi yang terbatas dan permasalahan drainase di beberapa wilayah.
Untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, pemerintah desa mengembangkan pemberdayaan kelompok usaha tani, nelayan, serta penguatan UMKM dan sektor pariwisata. Wisata berbasis sejarah dan rempah-rempah menjadi daya tarik utama yang mendatangkan wisatawan. Program unggulan desa meliputi pembentukan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes), yang bertujuan mengelola usaha masyarakat secara lebih terstruktur dan berkelanjutan.
Mendukung upaya tersebut, divisi Ekonomi dan Pariwisata (Ekopar) turut berperan dalam mengembangkan potensi desa melalui berbagai program inovatif. Dengan pendekatan yang sistematis dan berbasis digital, divisi ini berupaya memperkenalkan Lonthoir ke masyarakat luas sekaligus memperkuat sektor ekonomi lokal.
Bergerak Inovatif, Berdampak dengan Aksi
Membangun Informasi Pariwisata melalui Catasite Lonthoir
Divisi Ekopar menggagas Catasite Lonthoir, sebuah ide yang merujuk pada katalog dan website bertujuan memperkenalkan potensi wisata desa. Pengembangan website masih dalam tahap optimalisasi, namun terus diperbaharui agar dapat menjadi sumber
informasi yang komprehensif bagi wisatawan. Volunteer Ekopar juga memberikan pembinaan kepada pengelola lokal agar dapat mengelola website ini secara mandiri. Kemudian, pemasangan plang informasi dan banner yang didesain ber-barcode juga merupakan upaya untuk mempermudah wisatawan dalam mencari informasi dengan sekali scan di ponsel pintar mereka. Harapannya, informasi wisata dan pesona Lonthoir semakin dikenal luas.
Promosi Budaya, Wisata, dan Kuliner Lokal melalui Lonthoir Content Fest
Untuk meningkatkan daya tarik wisata, divisi Ekopar menginisiasi Lonthoir Content Fest. Program ini melibatkan volunteer dalam pembuatan konten kreatif yang menampilkan budaya, kuliner, dan keunikan desa. Strategi digital branding terbukti efektif, dapat dilihat pengaruhnya dari peningkatan jumlah pengikut akun Instagram @wisata_desa_lonthoir dari 80 menjadi lebih dari 150. Dengan pendekatan ini, Lonthoir semakin dikenal melalui media sosial.
Meningkatkan Kualitas UMKM Lokal dengan Program Local Pride
Menyadari pentingnya pengemasan produk dalam meningkatkan daya tarik pasar, divisi Ekopar mengadakan pelatihan awareness packaging dan pelabelan produk bagi pelaku UMKM. Selain itu, sosialisasi mengenai perizinan PIRT dan sertifikasi halal turut diberikan. Demi kemudahan transaksi bagi wisatawan, sebagian UMKM kini telah mengadopsi sistem pembayaran QRIS sebagai metode pembayaran digital.
Mendukung Ekonomi Lokal Melalui Lonthoir Festival & Expo
Lonthoir Festival & Expo menjadi puncak program Ekopar, diadakan dalam rangkaian acara Malam Ramah Tamah Jalantara. Acara ini menjadi momentum bagi UMKM untuk memasarkan produk mereka dengan keuntungan yang kembali ke pelaku usaha serta pengembangan desa. Selain itu, pemasaran produk khas Lonthoir diperluas ke skala nasional melalui media sosial Jalantara. Tidak luput juga, pergerakan seluruh volunteer berkontribusi dengan membagikan informasi penjualan produk di akun pribadi mereka.
Pengalaman Sejuta Makna di Bumi Pala
Pengalaman menjadi volunteer di Lonthoir memberikan banyak pelajaran hidup yang berharga. Salah satu hal paling berkesan adalah berinteraksi dengan masyarakat lokal yang penuh keramahan. Mereka dengan senang hati berbagi kisah keseharian, dari berkebun pala dan kayu manis di pagi hari hingga mengolah manisan pala di malam hari. Alam Lonthoir pun menjadi
pesona tersendiri. Menyaksikan Gunung Api dari kejauhan, menikmati keindahan bawah laut yang dihiasi ikan-ikan serta terumbu karang berwarna-warni, hingga menelusuri tempat bersejarah yang menyimpan kisah masa lalu, semua pengalaman ini menjadi kenangan yang tak terlupakan.
Menurut Rania, salah satu volunteer, pengalaman di Lonthoir mengajarkan arti kesederhanaan yang membawa kebahagiaan. Masyarakat setempat mengajarkan bahwa kebersamaan, gotong royong, dan solidaritas adalah kunci keberhasilan dalam setiap kegiatan. Nilai-nilai seperti saling menjaga, menghormati, serta melindungi lingkungan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan di desa ini.
Selain itu, berbagai tantangan seperti keterbatasan sinyal dan akses informasi yang minim memberikan pembelajaran tentang pentingnya kesabaran serta adaptasi dalam berbagai kondisi. Hal lain yang menjadi esensi dari pengalaman ini adalah pentingnya berbagi ilmu dan pengalaman, tidak hanya bagi masyarakat setempat tetapi juga antar sesama volunteer.
Di tengah perjalanan menjadi volunteer, Zulfahmi juga mengungkapkan kekagumannya terhadap Ibu Supeka, seorang pelaku UMKM yang sangat menginspirasi. Ibu Supeka menjalankan usaha manisan pala yang sudah didistribusikan di kota Neira dan daerah lainnya. Yang menarik, fokus Ibu Supeka dalam berbisnis bukanlah pada keuntungan semata, tetapi pada kepuasan pelanggan. Ia tidak terjebak dalam ambisi untuk mencari peruntungan, melainkan lebih pada bagaimana memberikan pelayanan terbaik yang membuat pembeli merasa puas dan ingin kembali lagi ke Banda Neira. Ini menjadi contoh nyata bagaimana nilai- nilai kualitas dan integritas menjadi prioritas dalam menjalankan usaha.
Namun, koordinator divisi ini juga menjelaskan bahwa mayoritas pelaku UMKM di Lonthoir, meski memiliki potensi yang besar, kurang memiliki ambisi untuk berkembang secara lengang. Sebagian besar mereka berfokus pada usaha yang sederhana, tanpa visi jangka panjang. Oleh karena itu, Zulfahmi berharap ada program berkelanjutan yang dapat memberikan perhatian lebih pada UMKM, dengan fokus pada regenerasi dan pemeliharaan produk pala. Mengingat sebagian besar pelaku UMKM sudah cukup berumur, diperlukan penerus untuk menjaga kelangsungan dan keberlanjutan produk tradisional mereka, serta menjangkau pasar yang lebih besar.
Intensi untuk UMKM dan Pariwisata
Selain itu, divisi Ekonomi dan Pariwisata (Ekopar) juga mengusulkan agar sektor pariwisata Desa Lonthoir dapat lebih terorganisir dengan baik. Salah satu langkah yang bisa diambil adalah dengan membuat katalog wisata yang lebih terstruktur, yang berisi informasi tentang keunikan desa, tempat-tempat bersejarah, dan potensi wisata alam yang ada. Dalam hal ini, divisi Ekopar dapat memanfaatkan platform digital yang telah ada, untuk mengembangkan dan mempromosikan potensi wisata Lonthoir ke khalayak ramai. Program-program yang sudah ada di desa ini, seperti pengembangan website dengan Catasite Lonthoir dan promosi digital, bisa terus diperbaharui dan dipergunakan untuk menginspirasi lebih banyak orang.
Dengan langkah-langkah yang lebih terarah ini, diharapkan Lonthoir bisa menjadi desa yang lebih maju, baik dalam aspek ekonomi melalui pemberdayaan UMKM, maupun dalam bidang pariwisata yang berkelanjutan.
Maka dari itu, berbagai program dan inisiatif ini, divisi Ekopar berupaya mewujudkan kesejahteraan ekonomi Desa Lonthoir. Dari strategi digital hingga penguatan UMKM, langkah-langkah yang diambil bertujuan menjadikan Lonthoir sebagai destinasi wisata yang berkembang secara berkelanjutan dan semakin dikenal.